Obat Penghancur Janin Beredar Luas di Kota Kediri

 

Cyber4rD | Ha..Obat Penghancur Janin Beredar Luas di Kota Kediri. Obat penghancur janin (aborsi) beredar luas di Kota Kediri. Namun ironisnya, peredaran obat keras (daftar G) itu luput dari pengawasan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat.

Adanya peredaran obat peluntur kandungan itu justru berasal dari pengakuan mahasiswa ilmu kesehatan yang kini mendekam di sel tahanan Mapolres Kediri Kota karena terjerat kasus aborsi. Antonius SL Muda (26) pemuda asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu telah menggugurkan kandungan pacarnya, Marisca Berek.

Antonius mengaku, mendapatkan obat aborsi itu dari seseorang yang tinggal di Kelurahan Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Satu butir pil aborsi, harus ia tebus dengan harga Rp 400 ribu.

"Saya beli Rp 400 ribu di Bandar (Kelurahan Bandar Lor). Sebelumnya dikasih tahu saudara, kalau ada yang jual obat itu," ujar Antonius kepada beritajatim.com dengan polos, Rabu (11/12/2013).

Antonius enggan membuka mulut mengenai identitas penjual obat aborsi itu. Ia tampak ketakutan saat ditanya. Sepertinya, mahasiswa semester delapan tersebut sudah dipesan oleh pihak kepolisian agar tidak memberitahu identitas si penjual kepada wartawan.

Dengan obat itu, Antonius berhasil merontokkan janin berusia lima bulan yang telah hidup di rahim pacarnya. Tetapi, dia berkelit jika kekasihnya terlebih dahulu telah keguguran, dan obat itu semata-mata untuk mengeluarkan janin yang telah mati di dalam kandungan sang kekasih.

"Pacar saya hamil lima bulan. Tapi kandungannya sudah tidak ada. Akhirnya saya keluarkan sendiri, dan obat itu untuk membuka rahim," kelit Antonius dengan nada pelan untuk menutupi kesalahannya, sambil berlalu pergi.

Kasus aborsi itu sendiri kini dalam penanganan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Kediri Kota. Kasus tersebut bermula dari informasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gambiran Kota Kediri yang menerima pasien dengan keluhan keguguran.

Petugas medis yang curiga, kemudian menghubungi pihak kepolisian. Selanjutnya, petugas datang untuk melihat kondisi pasien yaitu, Marisca Berek dan menginterogasi Antoius. Berdasarkan hasil pemeriksaan, dan keterangan dari rumah sakit, polisi meyakini, bahwa telah terjadi tindak pidana aborsi.

"Bermula dari laporan RSUD Gambiran Kediri, petugas merasa ada yang tidak beres. Kita datangi, kita interogasi, akhirnya mengaku, bahwa ada upaya untuk menggugurkan paksa kandungan. Kemudian yang bersangkutan kita bawa Mapolres Kediri Kota, guna menjalani pemeriksaan," ujar Kapolres Kediri Kota, AKBP Budhi Herdi Susianto.

Kapolres menjelaskan, obat keras yang digunakan Antonius untuk menggugurkan kandungan pacarnya bernama Cytotec. Tepatnya, Misoprostol Cytotec. Obat tersebut hanya beredar dengan resep dokter. Tetapi tersangka, imbuh Kapolres mendapatkan obat itu tanpa melalui rekomendasi dokter.

"Kita sedang melacak asal dari obat ini. Siapa yang telah menjual kepada tersangka. Kemudian, bagaimana proses penjualan obat ini, karena sesuai prosedurnya, harus melalui resep dokter. Kita akan cari tahu, tingkat kesalahan dari proses pembelian obat ini," tegas mantan penyidik KPK itu.

Obat penggugur kandung Cytotec, imbuh Kapolres, diperoleh Antonius bukan dari apotik atau toko obat besar, melainkan dari tangan perorangan. Tetapi, ia yakin, ada keterlibatan pihak lain, seperti badan jasa. Kapolres berjanji, akan mengusut tuntas.

Sementara itu, akibat perbuatannya, tersangka Antonius disangka dengan pasal 347 KUHP tentang tindak pidana dengan sengaja menggugurkan dan me¬matikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, dengan ancaman pidana penjara paling lama 12 tahun. [nng/kun]